Mabit merupakan singkatan Malam Bina Iman dan Taqwa. LTQ Al Hidayah Puri Permata Tangerang kembali mengadakan acara mabit untuk santri dan santriwati. Acara mabit tersebut sekaligus sebagai bagian menyambut Tahun Baru Hijriyah atau yang dikenal dengan Muharram.
Mabit kali ini adalah mabit ke dua yang diikuti oleh Faiz. Namun untuk mabit kali ini, menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk si sulung ini. Sejak ada informasi mabit, tidak ada semangat yang ditunjukan seperti mabit pertama yang diikuti. Beberapa alasan dikemukakan, supaya diijinkan untuk tidak mengikuti mabit menyambut tahun baru ini.
Sebagai anak yang berada di usia praremaja ini, wajar dia menunjukan sikap seperti itu. Ada bantahan, ada alasan, ada rasa ingin dimengerti. Namun sekali lagi, untuk hal-hal yang prinsipnya baik, saya dan suami sudah sepakat tidak boleh ditinggalkan. Ada banyak sekali manfaat Faiz mengikuti mabit di LTQ Al Hidayah Puri Permata ini.
Saat Anak Menolak Mengikuti Mabit
Hal yang saya lakukan pertama kali adalah memberitahu suami, bahwa si anak ini tidak mau mengikuti mabit. Saya memberikan kesempatan pertama kepada suami untuk mengambil peran mendekati anak lelakinya. Usaha pertama agak alot sekali, sampai ada titik di mana, semua yang baik sebaiknya harus diikuti.
Beberapa jam menjelang mabit, berbagai alasan dikemukaan dan saya tidak habis pikir. Ini anak kenapa ya? alasan yang diberikan kepada saya dan suami, merupakan alasan yang tidak masuk akal. Alasannya malas, sudah pernah dan hal tersebut tuh membuat gemas gitu loh.
Tips menghadapi anak praremaja yang bersikap seperti Faiz adalah :
- Saya biarkan dia mengemukakan pendapat dan alasannya tanpa ditanggapi.
- Baru setelah si anak mengemukakan pendapatnya, baru saya memberikan masukan manfaat mengikuti mabit.
- Apabila si anak masih tidak mau, saya tetap menggunakan nada tidak memaksa, tapi memberikan masukan positif. Contohnya: kamu beruntung loh, kak. Di tempat mengaji ada acara mabit. Dulu, ummi kecil tidak pernah ada acara mabit.
Alhamdulillah, setelah saya menyiapkan perlengkapan untuk mabit yang diadakan di Hari Sabtu malam minggu. Faiz tidak menunjukan tanda-tanda membantah atau tidak mau mengikuti mabit.
Peralatan yang harus dibawa selama mabit, pada saat itu adalah ;
- Peralatan sholat, sajadah, sarung untuk laki-laki, mukena untuk perempuan
- Peralatan menggosok gigi
- Bantal dan selimut
- Makanan kecil dan air minum
- Obat anti nyamuk, karena musim kemarau ada banyak sekali nyamuk hadir
Berikan Support kepada Anak
Meskipun jarak rumah dan lokasi LTQ dekat sekali, saya menyengajakan untuk mengantar Faiz mengikuti mabit. Para santri berkumpul pukul 17.30 dan dilanjutkan dengan persiapan sholat Maghrib berjamaah. Setelah saya memastikan bahwa Faiz baik-baik saja dan berkumpul bersama teman-temannya. Sayapun pulang ke rumah.
Acara selanjutnya adalah muroja'ah hafalan yang telah dipelajari bersama di LTQ. Selepas sholat Isya berjamaah, para santri diberikan makan malam bersama dengan menu nasi dan ayam. Acara inti berisi tentang Muharram dan ice breaking supaya para santri tetap semangat mengikuti mabit.
Usia santri LTQ Al hidayah ini bervariasi, mulai dari anak usia TK sampai anak usia SMP. Jadwal belajar santri LTQ dibagi menjadi dua, yaitu waktu sore dan malam. Metode mengaji yang digunakan adalah metode ummi. Faiz masuk ke dalam kelas malam dan masih berada di ummi 3.
Para santri yang mengikuti mabit adalah kelas malam dan sebagian kelas sore. Saya melihat para santri sore menjadi peserta yang paling bersemangat. Bayangkan saja, sebagian besar merupakan anak-anak kelas 2-4 tingkat dasar, dan harus tidur terpisah dari orang tua. Oleh karena itu, mengikuti mabit menjadi hal yang sangat baik, untuk memberikan kemandirian kepada anak-anak.
Di mabit inilah, para santri diajari untuk bangun di sepertiga malam untuk menunaikan Qiyamullail dan muhasabah. Acara inilah yang menjadi alasan terberat untuk Faiz. Pada dasarnya, Faiz tidak dapat tidur apabila tidak ada saya atau abinya. Berapa kali dicoba menginap di rumah saudara, tetap saja, malam-malam, Faiz pindah ke kamar saya dan abinya.
Yah, dengan adanya acara mabit dan diharuskan bangun di sepertiga malam, menjadi kekhawatiran tersendiri untuk Faiz. Pertama dia tidak bisa tidur, dan baru tidur sudah dibangunkan untuk sholat malam. Heheheee, saat Faiz mengemukaan alasan tersebut, sayapun memberikan penjelasan, itulah mengapa mabit diadakan pada malam minggu.
Menjelang sholat subuh, saya terbangun dan mendengar dengan jelas aktifitas yang dilakukan di LTQ. Perasaan saya sangat senang tentunya, menyadari bahwa Faiz akhirnya mengikuti mabit setelah drama-drama panjang yang ditayangkan olehnya. Hal yang paling saya syukuri adalah, saya tidak melakukan pemaksaan atau bersikap sewenang-wenang. Mentang-mentang menjadi orang tua, lalu menyuruh anak seenaknya untuk mabit.
Intinya, sebagai orang tua harus mampu memahami perasaan anak terlebih dahulu. Setelah memahami, cari informasi sebanyak mungkin tentang hal yang ditolak si anak. Saat anak menjawab bahwa dia sudah tahu, berikan pengalaman masa kecil dahulu yang tidak seberuntung masa kecil si anak saat ini. Terakhir, tetap berikan pengertian-pengertian yang baik dan jangan menyuruh apalagi memaksa.
Kebetulan, hal yang sering para santri lakukan sebelum acara di LTQ adalah main bola. Kemarin, saya beritahu kepada Faiz, bahwa teman-temannya sudah bermain bola. Langsung dech, Faiz mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi dengan memberikan drama lainnya lagi. Alhamdulillah, bahwa memahami perkembangan anak dapat menjadi kunci mengatasi permalasahan yang ada.
Acara mabit ditutup dengan senam kesegaran jasmani dan sarapan bersama. Kali ini saya juga sengaja keluar dan mendekat ke area lapangan untuk menunjukan kepada Faiz, bahwa ini loh umminya ada untuk memberikan support kepadanya. Bersama ibu-ibu para santri, saya duduk-duduk mengawasi anak-anak yang bahagia telah diberikan kesempatan untuk mabit dan menimba banyak ilmu dan pengalaman.
Pukul 7.30 setelah sarapan pagi, saya bertanya kepada Faiz bagaimana tidurnya semalam. Benar saja, Faiz mengatakan bahwa tidurnya hanya sebentar saja dan tahu-tahu sudah dibangunkan sholat malam. Saya tidak bertanya apa-apa lagi, kemudian mengajak ke kamar dan menemaninya sampai terlelap. Awalnya Faiz tidak mau tidur dan sudah mencari gawainya.
Alhamdulillah setelah bangun tidur di siang hari, kondisi badan Faiz fresh dan tidak lelah seperti pengalaman mabit pertamanya.
Ada banyak pelajaran yang saya ambil dari cerita di atas. Bahwa mengerti dan memahami kondisi anak adalah kunci utama. Setelah memahami kondisi si anak, tentunya menjadi orang tua itu adalah bukan serta merta menyuruh dan mengatur. Apalagi untuk anak praremaja yang emosinya sedang mudah dihinggapi mood swing.
cara yang bagus menghadapi anak praremaja bu
ReplyDeletebetul sekali...saya setuju.
DeleteOk
ReplyDeletemabit itu kalau nggak salah artinya menginap ya gan.. makasih ceritanya
ReplyDelete