Bayangkan, betapa senangnya jika diperlakukan bak seseorang yang sangat spesial, apalagi oleh anak tercinta. Namanya Faiz, usianya baru lima tahun lebihannya banyak, hampir enam tahun dan mau masuk SD. Faiz ini anak yang cukup mudah untuk dibaca perasaannya. Jika Faiz sedang bahagia luar biasa, dibilangin tujuh puluh kuadrat bakalan tidak bisa diam, ada saya yang membuat dia harus bergerak. Tapi, kalau ada yang membuat hatinya pedih, sedih, perih bak sebuah dermaga yang runtuh, Faiz akan mendiamkan dirinya, membenamkan kepalanya di kakinya yang ditekuk rapat.
Semoga hari-hari kita, nanti tidak akan ada lagi kaki ditekuk ke arah dada ya, Nak. Mi akan terus mencoba dan harus memberikanmu hari-hari yang indah, hari-hari yang kelak ketika kau sedang mengingatnya, adalah menjadi hari yang membahagiakan. Terlepas ada banyak sekali pertarungan batinmu, ketika mi lebih sering memegang bayi Fira, adikmu yang mi punya panggilan rambut berdiri.
Rambut berdiri juga senang sekali sama Faiz, kemana-mana mengikuti Faiz kan? dan ketika Faiz sedang ingin sendiri, Faiz sama sekali tidak mau diganggu oleh bayi Fira. Namun, ketika Faiz sedang perhatian sekali sama rambut berdiri, Faiz akan memperlakukan bayi Fira seperti wajarnya seorang kakak, dielus, diberikan mainan dan ditungguin sembari diajak mengobrol.
Iya, kita suka mengobrol mengenai apapun ya, Nak. Pun ketika mi melihat kamu membeli buku cerita di abang-bang di luar komplek. Mi bertanya, kakak membeli apa saja? Faiz menjawab, enggak beli apa-apa mi, buku ini saja dan pisang. Faiz memegang bungkusan di meja, dan benar ternyata pisang, mi hampir ingin bertanya, ini pisang uli dari mana.
Lalu saat mi lebih memakan makanan yang mi beli untuk berbuka puasa, Faiz bertanya ke mi. Mi, kok pisangnya didiemin? lah? mi, Faiz kan beli untuk ummi. Mungkin mi belum menyadari niat awal dan alasan kakak Faiz membeli pisang uli tersebut. Mi menjawab, besok saja iz, lagian apa enak pisangnya digoreng? *tapar mi, nya..biasanya juga mi membeli pisang uli kuq. Faiz menjawab, kata abangnya, pisangnya enak digoreng mi, digoreng ya. *huuh-mi menjawab dengan menguap dan tertidurlah umminya.
Pisang uli dibelikan oleh Faiz, mi menggorengnya untuk Faiz |
Saat sahur, mi bercerita kepada abi dan apa kata abi coba. Ya digoreng mi, buat Faiz, kasihan. Ya ampun, mi emak macam apa ya...tapi kan kemarin sore mi sudah membeli makanan untuk berbuka, makanan yang cepet basi. Mi juga berniat koq menggorengkan untuk Faiz *entah iya atau iya. uuups. Alhamdulillah hati baik menuntun mi untuk mengupas pisang ulinya, membuat bahan tepung yang ditaburi sedikit garam dan diberi air untuk mencairkannya. Lalu, meletakkan penggorengan di kompor. Ceklek, Alhamdulillah ya Allah, mi menggoreng pisang uli untuk anak terganteng di rumah mi.
Di makan? Inza Allah dimakan oleh Faiz dan mi seneng sekali sudah menggorengkan pisang uli ini. Mi belum memberitahu Faiz, tadi pagi, Faiz masih bobo ketika mi berangkat bekerja, Faiz pasti suka. Jadi, mi belajar dari pengalaman-pengalaman mi terdahulu.
"Jangan lewatkan sebuah moment, ambil makna, jalani dan ukirlah sebuah kenangan"
Nanti Faiz akan diantar ke kantor mi, mi akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada Faiz, karena telah membelikan pisang uli untuk mi. Nanti sore mi akan panaskan lagi untuk berbuka mi. Maksih ya Faiz sayang, love you more more and more.
bagi-bagi donk pisang goreng nya mbak
ReplyDeleteaduh pisangnya enak tuh, bikin ngiler
ReplyDeleteFaiz baik deh :)
ReplyDeleteAnak shalih. Sudah pandai menyejukkan hati uminya :)
ReplyDeleteMaaf lahir batin ya Mbak Astin. Maaf baru main ke sini
duh pisang gorengnya, enak kali ya dimakan anget-anget
ReplyDeleterasanya pasti enak karena dibeliin anak :)
ReplyDeleteeuuuh mantap apalagi kalo lagi hangat di makannya :G
ReplyDeleteso sweet ih :)
ReplyDelete"Jangan lewatkan sebuah moment, ambil makna, jalani dan ukirlah sebuah kenangan"
ReplyDeletesuka quote nya
mau donk goreng pisangnya faiz
ReplyDeleteUh, sweet banget sih Faiz, meleleh deh aku bacanya, huhu
ReplyDeleteSalam,
Asya
It’s very excellent information
ReplyDelete