Anak-anak mana yang tidak menyukai bermain sepeda, menggoes pedal, mengerem secara tiba-tiba, berseru kepada teman-temannya, mengajak untuk bersepeda. Anak-anak melakukannya dengan penuh kebahagian, tidak peduli, sepedanya keluaran merek mana, tidak peduli kaki mereka penuh luka-luka kecil, karena jatuh atau tergores ketika bersepeda.
Faiz, salah satu anak yang senang sekali bermain sepeda. Sejak Faiz dibelikan sepeda baru berwarna orange, suatu maghrib. Faiz bersepeda tiada henti. Dari pagi hari, membuka mata, mengelap air liur dan mencuci beleknya, hingga kulitnya legam terpanggang sinar matahari sampai adzan maghrib berkumandang. Meskipun kadang, rantai sepeda barunya terlepas, disambung, terlepas lagi, dibawa ke bengkel, terlepas lagi. Hingga suatu hari, ummi menyerah, di mana letak kesalahannya? sepeda baru, rantai lepas terus, dibawa ke bengkel, lima menit kemudian lepas.
Sepeda Lama, Berfungsi Kembali
Awalnya abi ingin memperbaiki sepeda lama yang dibeli di pasar rumput. Namun, sepeda berwarna biru itupun pernah mengalami hal yang sama. Ban luarnya pernah ke belah, dibawa ke bengkel yang sama, kebelah lagi. Ummi tidak ingin mengulang kesalahan yang sama, ingin saja memuseumkan sepeda berwarna biru tersebut.
Alhamdulillahnya, abi menyarankan untuk membawa ke bengkel di luar kompleks. Di tukang reparasi khusus sepeda. Ban luar dan dalam, depan belakang di ganti. Rem depan belakang diganti, sadel diganti, pedal diganti dan trlaaaaa...kata tukang reparasinya, besinya masih kuat dan ini sepeda BMX ini masih sangat bagus. Sssst, sepeda BMX ini dibeli second dengan harga empat ratus lima puluh ribu, di Pasar Rumput, empat tahun yang lalu.
Membayar dua ratus enam puluh lima ribu rupiah, sepeda lama yang terongok bertumpuk di depan rumah, kini menemani hari-hari Faiz. Ya, bermain sepeda tidak kenal waktu. Mi sedih jadinya, meskipun ketika haus dan lapar, Faiz pulang ke rumah tapi kan mi sedih, kulit wajah, tangan, kakimu legam. Belum lagi lecet-lecet yang ada di kakimu, duh, merinding mi membayangkan. Kata abi, anak laki-laki memang harus begitu, jatuh bangun, meratapi sendiri luka-lukanya. Dan, begitulah dengan Faiz sekarang, luka kecil karena tergores ketika bersepeda, dia bersihkan sendiri.
"Mi, hanya luka kecil saja, lihat...kaki Faiz masih bisa berjalan, kan? enggak apa-apa kok"
Itu jawaban Faiz, ketika mi menemukan ada luka baru dengan darah segar yang masih mengalir. Ya Allah, Nak...ummi sedih melihatnya. Dulu, waktu kamu masih berusia empat tahun, jatuh terluka sedikit saja, sudah merengut dan berlari pulang ke rumah. Duduk di pojokan dan menutup lukamu, tidak boleh dibersihkan. Menangisnya enggak tanggung-tanggung sampai tidak mau mandi.
Istirahat, Makan yang Banyak dan Minum Air Putih
Akhirnya mi mengalah, Faiz bermain sepeda keliling kompleks bersama teman-temannya. Pernah juga ketahuan ke luar dari pintu pak satpam. Segera mi ajak Faiz untuk berdiskusi, ada apa? kenapa sampai ke luar pos satpam? tahu apa yang terjadi setelah Faiz jauh dari pos satpam? Mi merasa sudah pernah mengajak Faiz berdialog tentang hal tersebut, lah ini kenapa terulang lagi? Yah...namanya anak-anak, mi, harus terus diingatkan. #self remainder mode on.
Mi juga meminta, untuk beristirahat, boleh bermain sepeda seharian, tapi ingat istirahat, ingat makan dan ingat minum. Ini dialog ummi dan Faiz, untuk selanjutnya U untuk ummi dan F untuk Faiz.
Ummi : Istirahat itu perlu, Iz, jangan bermain sepeda terus!
Faiz : Kenapa harus istirahat? Faiz kuat kok, Mi.
U : Orang bekerja juga istirahat, anak sekolah juga ada liburnya, tidak ada yang tidak membutuhkan istirahat.
F: Abi kalau hari Minggu tidak pernah libur...
Sampai di sini, mi dan Faiz tersenyum dan segera Faiz merevisi pernyataannya.
F : Tapi abi, bisa libur kapan saja, abi bisa berangkat kapan saja ya, Mi.
Nah, ummi sedih, kalau Faiz tidak mau istirahat, maunya mainan sepeda terus, kan ummi sendirian di rumah, hik hiks...#sengaja pasang muka memelas, tapi langsung ketahuan bohong sama Faiz. Iya dong, ummi juga ingin Faiz menemani Fira di rumah, bermain bersama, ya...ya... .
Faiz memiliki satu keinginan, yaitu sepeda yang seperti mas waswas punyai. Memang saat diajak ke toko sepeda, pilihan Faiz adalah sepeda seperti mas waswas. Ummi yang sedang online, seaching dong di google, Faiz langsung bersoraaak, iyaaaaeeee...tu sepeda kesukaan Faiz, keren loh bi. Abi melirik dan menanyakan harganya, berapa? dua juta lima puluh ribu rupiah.
Abi tidak setuju, karena abi akan melungsurkan sepeda merah abi untuk Faiz, nanti kalau Faiz sudah cukup mengendarainya, jadi buat apa beli sepeda mahal begitu. Sepeda abi, sudah paling bagus di kelasnya, warnanya merah, keren dech, enggak bakalan malu dipakainya. Di kursi, ummi ngikik sajah, tapi menyempatkan mengatakan ke Faiz. "Kalau Faiz menginginkan sesuatu, berdoa dan bayangkan sepeda keinginan Faiz ketika sedang sholat, berdoa dan mau tidur. Menurut kepada orangtua, apalagi ummi, rajin membantu ummi ya". Ibu-ibulah...tetep nasehatnya begitu. [2015:12]
aku dulu gitu pakai sepeda mini warna merah :D
ReplyDeletewarna merah jadi semangat y
DeleteAku pertama belajar pake sepeda federal warna merah :D Sekarang motornya warna merah juga
ReplyDeleteDuh jd inget pas main sepeda, minjem lagi! Gak punya sepeda pas kecil. Tp skrg naik sepeda mulu
ReplyDeleteDulu latihan sepeda sp nyebur got :D wkwkwk
ReplyDelete#mengenang masa kecil pribadi..